Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2016

Penjara

Gambar
Aku ingin membahas ini, sepertinya ini menimpa banyak dari kita, bahkan mungkin, kita semua. Pernahkah kalian di posisi dibicarakan orang lain? Diperlakukan tidak adil? Direndahkan? Dipandang sebelah mata? Di suudzani? Disalahkan? Di kambing hitamkan? Aku pernah dan pasti, kalian juga. Kita hidup di Bumi Manusia, begitu kata Pramoedya. Manusia yang punya ego dan emosi, manusia yang punya masalahnya sendiri-sendiri. Maka, kejadian yang kusebutkan tadi, sangat mungkin terjadi. Terlepas apakah kalian benar bersalah atau tidak, terlepas apakah kalian dizalimi atau menzalimi. Saat kalian di posisi seperti itu, apa rasanya? Rungsing? Rieut? Sedih? Depresi? Aku mengerti. Tapi, sadarkah kita, bahwa semua perasaan negatif kita itu adalah penjara yang kita buat sendiri. Pada setiap kejadian, kita selalu dihadapkan dengan pilihan, tetap tersenyum dan jalan ke depan, atau terkurung dalam kesedihan. Satu-satunya hal yang membahayakan kita adalah perbuatan kita sendiri. Selama kita ti

Anak Jalanan

Gambar
Kulitnya coklat mengilap, langkahnya tertutup suara bising jalanan. Aku duduk menatap jendela seperti biasa, berjuang untuk tetap berdzikir sementara kilatan lamunan muncul sesekali. Ia membuka suaranya, cempreng dan tidak enak di dengar. Kuperhatikan mereka dari pantulan di kaca, telinganya diberi tindik yang besar, matanya kuning seperti habis teler, bajunya belel, dan rambutnya kusam dibakar matahari. Aku bergidik melihatnya. Sembari terus melihat jendela, suara ukulele mulai terdengar dan syair mulai dinyanyikan. Untukmu yang duduk sambil diskusi Untukmu yang biasa bersafari Disana di gedung DPR Wakil rakyat kumpulan orang-orang hebat Bukan kumpulan kerabat Apalagi sanak famili Siapa sangka dibalik dekil dan bau badan mereka, syair politik keluar dengan mudahnya. Jadilah aku yang tadi memalingkan muka mulai memasang telinga. Aku menikmati setiap syair mereka. Rasanya ikut sakit juga hati ini melihat posisi mereka. Okelah mereka tidak berusaha dan telah m

Tempurung

Gambar
Kalian tahu darimana penyebutan "Bule" untuk orang asing berasal? Yap, dari foto bapak-bapak di atas. Namanya Benedict Anderson. Waktu Indonesia dulu dijajah (emang sekarang udah merdeka? emm..), Benedict Anderson adalah salah satu orang asing yang tidak ingin dipanggil tuan. Ia ingin hidup dan dipandang sama oleh pribumi, orang melayu seperti saya. Makanya, ia minta dipanggil 'Bule' dan sejak saat itu, saya, dan kebanyakan orang Indonesia, menyebut orang asing yang kita lihat sebagai 'Bule" Hiduplah di Luar Tempurung! kata pak Benedict, itu, yang fotonya saya pajang di sebelah kalimatnya yang... saya pun ga ngerti dia ngomong apa, cuma karena keliatannya keren, saya ambil aja tulisannya yang itu. Jadi, udah keliatan keren belum? he.. Kemarin, saat mendung yang berakhir hujan deras, diskusi Cak Tarno membedah bukunya om Ben yang berjudul Hidup di Luar Tempurung. Bukunya bagus, ia membahas kotak-kotak sosial yang ada di sekitar kita. Kenapa ilmu

Cinta dan Pernikahan

Gambar
Wahai anak generasi 90-an, adakah hari ini kau terdiam gagu memikirkan masa depanmu? adakan? ada pasti lah. Iya, betul memang bahwa kami kami ini, generasi 90-an telah memasuki pintu usia galau hakiki. Jika buku nikah belum juga dituliskan, rasanya ada yang kurang dalam hari-hari kita, iya kan? ngaku aja lah. Saya juga sedang mikirin karir, tapi nikah tetep kepikiran. Biasa itu mah, ga usah malu-malu gitu lah. Nah, yang ingin saya tuliskan disini, adalah tentang cinta dalam persepsi kita. Kita, generasi drama korea, mas boy, dan kawan-kawannya, berpikir untuk menikahi orang yang kita sukai kan. Ketika perasaan itu mulai timbul tenggelam kayak matahari pagi dan sore, pasti terpikir untuk dilamar /melamar orang yang kita suka kan? Kalau ditawari calon yang tidak kita suka, tatapan dingin pun memancar dan nada suara yang datar lantang terdengar. Entah mengapa, keinginan nikah bisa tiba-tiba sirna. Iya kan? Hei, kalian tahu, menikah itu tidak melulu soal cinta. Ada seorang lel