Penjara



Aku ingin membahas ini, sepertinya ini menimpa banyak dari kita, bahkan mungkin, kita semua.

Pernahkah kalian di posisi dibicarakan orang lain? Diperlakukan tidak adil? Direndahkan? Dipandang sebelah mata? Di suudzani? Disalahkan? Di kambing hitamkan? Aku pernah dan pasti, kalian juga.

Kita hidup di Bumi Manusia, begitu kata Pramoedya. Manusia yang punya ego dan emosi, manusia yang punya masalahnya sendiri-sendiri. Maka, kejadian yang kusebutkan tadi, sangat mungkin terjadi. Terlepas apakah kalian benar bersalah atau tidak, terlepas apakah kalian dizalimi atau menzalimi.

Saat kalian di posisi seperti itu, apa rasanya? Rungsing? Rieut? Sedih? Depresi? Aku mengerti.

Tapi, sadarkah kita, bahwa semua perasaan negatif kita itu adalah penjara yang kita buat sendiri. Pada setiap kejadian, kita selalu dihadapkan dengan pilihan, tetap tersenyum dan jalan ke depan, atau terkurung dalam kesedihan.

Satu-satunya hal yang membahayakan kita adalah perbuatan kita sendiri. Selama kita tidak melakukan hal yang salah, kenapa harus 'merasa' terpenjara? Kenapa hidup kita begitu ditentukan oleh reaksi orang lain terhadap kita? Kenapa kita membuat segala sesuatunya menjadi rumit?

Itu reaksi mereka, terus kita harus ikut marah? sedih? tidak terima? Biar sajalah.

Dunia ini sudah bising, jangan buat hati kita jadi ikut-ikutan bising.

Tetaplah tenang. Sungguh.

Jangan biarkan diri kita terpenjara sikap orang lain.
Toh, kita tidak bertanggungjawab atas sikap mereka
Toh, Allah hanya akan minta kita mempertanggungjawabkan sikap kita sendiri

Hidup itu harus punya prinsip
Hidup itu harus punya sikap
Bukan dunia yang menetukan siapa kita
Tapi kitalah yang menentukan dunia

Isnin, 28 November 2016
Lembap sehabis hujan
Dari hati yang merenung
Nida.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kuhentikan Hujan

Hati yang Hampa

Resensi Buku: Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai