Betapa KIta Harus Bersyukur



Akan selalu ada pengalaman yang jauh lebih buruk daripada pengalaman kita.
Semacam pepatah di atas langit masih ada langit.
Pun dengan hidup kita.

Akhir-akhir ini aku banyak berpikir tentang apa yang harus dan telah kukerjakan.
Disela-sela aktifitas berpikir yang diselingi lamunan itu, tentu aku sering mengasihani diri sendiri.
Akhirnya, berakhir merasa sepi, sendiri, dan berjuang sendiri, tahu tahu sakit hati... aduh...

Sampai suatu hari tanpa sengaja...

Seorang teman menceritakan kisah hidupnya...
Ia kehilangan ayah, ibu, dan kakak kandungnya pada tahun yang sama

Perempuan tua yang duduk di bangku sebelah di bis kota juga cerita
Ia mengalami tiga kali perceraian dan sekarang berakhir menjadi pembantu rumah tangga untuk menghidupi adik-adiknya, tanpa anak, apalagi suami

Seorang mujahid menulis catatan harian dalam bukunya
Aku dipenjara, dikurung sepi, dan menelan air mata sendiri

Seorang anak periang meminta-minta makanan
Ia ditinggal keluarganya karena mengidap autis dan keluarganya tak kuasa menanggung malu

Seorang gadis mengalami cacat mental karena melihat ayahnya selingkuh di depan matanya

Seorang istri menunggu dan menunggu kepualangan suaminya yang tidak tahu kapan, sementara ia berjuang untuk menghidup anak-anaknya dan menanggung tuduhan-tuduhan tetangganya

Dan masih banyak lagi kisah yang menyedihkan di atas bumi ini...
Ibu musa harus kehilangan musa saat baru lahir, nabi Zakaria di gergaji oleh umatnya, Nabi Ayyub kehilangan semua harta kekayaan dan isrinya. Nabi Muhammad? Aih, terlalu perih untuk dibahas.

Saat kita sendiri, sering kita merasa begitu terpuruk, hina, dan minder kelas berat.
Padahal, coba lihat sekitar kita, jika kita merasa jadi mahasiswa yang tidak banyak berbuat atau menghasilkan karya, lihat betapa banyak pemuda yang tak mampu kuliah

Jika kita merasa kehilangan orang yang kita suka, lihat betapa banyak orang yang mengalami perceraian

Jika kita terbebani beban ekonomi yang sangat berat, lihat betapa Allah masih menyehatkan tubuh kita, adakah yang lebih mahal dari sebuah kesehatan?

Jika kita serang diserang penyakit, lihat betapa Allah masih mengijinkan kita untuk bernafas dan memberi waktu untuk berdzikir padaNya

Lihat, lihat, lihatlah sekitarmu. Betapa kita harus bersyukur dengan semua keadaan kita hari ini. Apapun yang kita hadapi, meski menyakitkan, meski memalukan, yakinlah Allah telah menyelamatkan kita dari hal-hal yang jauh lebih buruk dari ini.
Dihindarkan dari kecelakaan, kebakaran, kebanjiran, dan kebencian orang yang membenci, iya kan?

Hati boleh bersedih, air mata boleh mengalir, tapi ingat, kita bukan satu-satunya orang yang mengalami hal buruk. Masih masih dan masih banyak lagi orang di luar sana yang memiliki gejolak hidup yang lebih keras.

Semua itu sederhana, kita hanya perlu menangis dan mensyukuri apa yang masih kita miliki.
Semua itu sederhana, kita hanya perlu bersyukur dan memikirkan solusi dari masalah-masalah kita

Kalaulah masalah itu tidak menemukan solusinya, maka bersyukurlah, karena itu berarti Allah yang akan menyelesaikannya. Allah ingin kita bersandar padaNya. Allah ingin kita terus bicara denganNya.

Kalau kalian banyak tau tentang sejarah, tahukan kalian bahwa dunia ini telah mengalami hal hal yang sangat buruk, menyeramakan, dan menyakitkan. Betapa bumi ini sudah tua dan renta. Mari kita hibur ia dengan rasa syukur kita.

Berterima kasihlah untuk angin yang berhembus, untuk asap yang mengudara, untuk kemacetan yang masih terasa, untuk rasa panas yang mengeluarkan keringat dari tubuh kita, untuk air mata yang masih mengalir dengan sehatnya, untuk jantung yang masih berdetak setiap detiknya, untuk kehijauan tumbuhan disekitar kita, untuk kelinacahan hewan yang melintas, untuk pengalaman pahit yang menyisakan banyak pelajaran, untuk kehidupan yang masih ada pada diri kita.

Berterimakasihlah.

Hiduplah untuk Yang Maha Hidup, maka kau akan terus hidup dan menghidupkan.

12 Januari 2017
Depok, pukul 18.21 WIB
Dengan senyum syahdu
Nida.

Komentar

  1. Tulisan bagus dari seorang psikolog. Keren!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. Gracias, may Allah bless you with the best of His blessings.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kuhentikan Hujan

Hati yang Hampa

Resensi Buku: Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai