Review Buku: Taman Orang yang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu

Sebuah buku tertumpuk buku lainnya. Aku tahu, aku punya judul itu. Tapi, sudah tiga tahun, sejak aku membawanya ke kamar tiga kali dua, tak sekalipun aku membukanya.

Sampai suatu ketika, ketika kepenatan telah sampai puncak kepala. Saat lelah berada di titik kulminasi. Akhirnya buku itu dibuka juga. Judulnya:  
Taman Orang-orang yang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu
Asik.


Dari judulnya aja udah galau banget, ya ga si? Eits, tapi inget kata pepatah, don jedebak jedebuk by its koper, artinya, jangan menilai buku dari covernya. Iya kan, hehe

Intinya, atas nama cape baca yang super serius terus, saya buka-lah buku itu. Jangan salah loh, saya punya buku itu karena yang nulisnya adalah salah satu tokoh pergerakan yang berpengaruh :  
Ibnul Qoyyim Al Juauziyah.

Saya juga kaget, di tengah karyanya lainnya yang serius mengupas tuntas pergerakan, rupanya beliau punya sisi lain yang berbeda. Aih...

Em, buku ini tidak saya rekomendasikan untuk para laki-laki. Saya tahu dan tempe bahwa kalian punya imajinasi yang tinggi (kata buku lain  si gitu, mungkin nanti buku itu akan kita bahas, kalau saya inget).  Makanya, imajinasi kalian yang fantastis itu, kalau baca buku ini, kayaknya bisa semakin terkontaminasi.

Buku ini tidak porno, bahkan di bagian awal, hampir membosankan. Bayangkan, Om Ibnul membahas hampir semua istilah yang berkaitan dengan cinta dan rindu, dibahas secara epistemologis lah, plis. 

Saya juga hampir patah arang baca buku itu saat melalui bab awal, tapi, karena saya orangnya sabar, akhirnya bab awal terlewati dan melangkah pada bagian berikutnya yang lebih seru. Walhasil, saya baca sambil tersenyum tak berhenti.


Buku ini tidak lucu, asli, tapi karena saya suka geli bahas-bahas begini, jadi saya senyum sendiri. Om Ibnul juga menyajikan kisah-kisah sedih dan romantis, kadang juga berlebihan, lengkap bersama dengan kutipan syair-syair yang terkenal.

Selain itu buku ini juga mengulas beberapa jenis cinta mulai dari cinta buta, cinta membuat gila, dan jenis cinta yang lainnya. Kalau kalian mau bikin puisi atau mengutip kalimat romantis, maka buku ini bisa kalian jadikan pilihan.

Saat saya membaca lebih jauh, semakin lama istilah yang digunakan Om Ibnul semakin berani, kalau laki-laki, jangankan membaca, mendengar saja istilah itu, sepertinya kalian akan mikir kemana mana.

Sekali lagi, buku ini tidak porno. Bahkan secara sistematis Om Ibnul menjelaskan argumen, rumor, dan gosip  tentang hal-hal yang berkaitan dengan cinta, lengkap dengan hadits-hadits dhoifnya,  Mungkin ceritanya Om Ibnul mau menunjukkan kenapa ada orang-orang yang berpikiran seperti Jaringan Islam Liberal, syiah, dan aliran lainnya yang sampai membolehkan pacaran atau nikah mut'ah, buku ini bisa jadi jawabannya. Intinya si kurang lebih sama, banyak logika yang dipelintir atas nama pembenaran, bukan kebenaran,

Inget ya, terkadang nyari ilmu juga harus pakai ilmu. 

Nah, saat bagian mitos, argumen, rumor, gosip, dan hadits dhoif inilah bagian yang tidak boleh dibaca laki-laki. Lagipula, rasanya buku ini tidak terlalu penting untuk perbaikan umat manusia. Jadi, ga usah dicari apalagi dibaca lah. Kalian baca review saya aja, ga usah baca bukunya, kan buku yang lebih penting masih banyak.


Intisari yang paling saya tangkap dan membekas, adalah bahwa  
kesesuaian jiwa, akan menarik jodoh kita.
Saya juga kurang mengerti maksudnya konkritnya seperti apa, tapi
Jiwa yang sesuai akan menemukan pasagannya. Karena jiwa seperti tentara, mereka akan bersatu pada tentara lain yang memiliki visi, misi, dan musuh yang sama. 

Sayangnya, Om Ibnul tidak menjelaskan ciri ciri atau indikator jiwa yang sesuai sama kita yang seperti apa, apakah yang warna kulitnya sama, matanya lebar, bibirnya warna hijau, atau gimana.

Katanya, kesesuaian jiwa itu terasa, pada rasa nyaman dan ketertarikan.

Aih, om Ibnul.. kayanya kita semua tau, rasa nyaman itu bukan rasa yang mudah ditemukan. Oke lah kalau tertarik mah, tapi rasa nyaman? is, ini sih indikatornya tinggi banget.

Tapi, kembali lagi pada keyakinan masing-masing. Kalau saya si, as long as it for Allah, Allah will make it easy for you. Jadi, selama kita memilih karena Allah, insyaAllah yang begini-begini akan mengikuti.
  
Apapun teori tentang hal begini, buat saya jawabannya satu, istikharah dan mendekat pada Allah. Selesai.
hehe

Kemudian, mumpung kita lagi bahas yang begini, saya jadi ingat perkataan salah seorang filsuf terkenal, namanya Plato.
Katanya, jika laki-laki telah menikah, akan dihadapakan dengan dua kemungkinan:
1. Jika ia bahagia dengan istrinya ia akan jadi sukses
2. Jika ia tertekan karena istrinya.... ia akan menjadi filsuf.

ahahaha.
Jadi, bisa kita simpulkan ya, ternyata para filsuf kita itu, Sokrates dan murid-muridnya itu, adalah para lelaki yang ada dibawah ketiak istri. Ah, gaya gaya aja bikin teori.

Terlepas dari benar atau tidaknya kalimat Plato, yang jelas, kalian para lelaki, sadarlah, apapun konsekuensi menikah, kalian tetap mendapat konsekuensi positif. Jadi sukses enak, sementara jadi filsuf, kan keren~
Berbahagialah wahai laki-laki

:p
 
Baiklah pemirsah. Silahkan kalian tilik tilik, pada siapa kalian merasa nyaman dan tertarik, mungkin dia jodoh kalian. hhi

Sekian review buku dari saya. Tadinya saya mau ngasitau kalian buku teori-teori kepribadian, tapi, saya masih teler sama ujian kampus dan enggan untuk diskusi hal hal yang serius.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kuhentikan Hujan

Hati yang Hampa

Resensi Buku: Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai