Sepakat

Mari kita buat kesepakatan.
Hati, aku lelah bertengkar.

Sekarang, kau boleh merasakan apapun yang kau mau, berbuatlah sesukamu.
Kuberi kau ruangan untuk berbagai jenis perasaan. Menarilah di dalam sana. Berlari lari lah, atau berteriaklah disana.

Aku tahu, jika kau kularang larang, atau kuberi peraturan, kau akan mengeluarkan air di sudut mataku, dan aku, tak suka air itu.

Maka, dalam ruangan itu, berbuatlah sesukamu.
Dan masalah sikap, adalah bagianku.
Bagianmu?
Ah, hati, kau akan kudengar pada saat saat tertentu. Mungkin saat kau stabil dan tenang di ruangan itu. Sebagai makhluk hidup, aku pun harus menjaga hati makhluk hidup lainnya, karenanya tak semua kehendak mu akan kuturuti. Tak semua keinginanmu akan kukeluarkan.

Berbuatkah sesukamu di ruangan itu.
Kau bebas di sana, tanpa peraturan, tanpa larangan.
Soal sikap dan keputusan, biarkan aku yang memberi arahan.

Jangan kau buat mataku berair lagi.

Salam hormat,
Logika.

Nida.
Teduh,  sejuk.


Tuh kan, kamu butuh waktu padahal terkadang hidup,  tak memberi kita cukup waktu.
Kalau kau kuturuti, kita bisa tertinggal nanti.
Selamat menari nari, selamat menahan diri. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kuhentikan Hujan

Hati yang Hampa

Resensi Buku: Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai