Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2017

Realita, antara Larut dan Menerima

Dunia, sebenernya sekarang saya lagi dikejar deadline tulisan ilmiah. Tapi berhubung sebentar lagi selesai dan saya masiih punya waktu untuk main, bolehlah ya, hehe.  " Kalo buat anak-anak gaul wattpad pasti bakal komen gini teh: baguus, diksinya suka, alur ceritanya juga suka, tapi iyuh masa cowonya ga ganteng" Gitu kata sahabat saya gaes. Suatu ketika, saya sama sahabat saya lagi asik cecerita-an tentang kegiatan masing-masing, banyaklah, mulai dari perkembangannya, next project sampe nama pena. Terus di tengah-tengah ceria saya nyerita kalau saya punya draft novel tokoh utamanya ga ganteng, item dan cungkring (betewe tulisan yang ini ga tau bakal diterusin atau engga, berhubung saya sedang memasuki masa tenggang dengan dunia fiksi).  Terus dia meramalkan bahwa kalau tulisan saya yang itu naik cetak, nanti komen orang-orang bakal kaya gitu. Saya jad inget, tulisan saya pernah di reject sama penerbit favorit saya, katanya tulisan yang bagus, tapi belum

Review Buku: Taman Orang yang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu

Sebuah buku tertumpuk buku lainnya. Aku tahu, aku punya judul itu. Tapi, sudah tiga tahun, sejak aku membawanya ke kamar tiga kali dua, tak sekalipun aku membukanya. Sampai suatu ketika, ketika kepenatan telah sampai puncak kepala. Saat lelah berada di titik kulminasi. Akhirnya buku itu dibuka juga. Judulnya:   Taman Orang-orang yang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu Asik. Dari judulnya aja udah galau banget, ya ga si? Eits, tapi inget kata pepatah, don jedebak jedebuk by its koper, artinya, jangan menilai buku dari covernya. Iya kan, hehe Intinya, atas nama cape baca yang super serius terus, saya buka-lah buku itu. Jangan salah loh, saya punya buku itu karena yang nulisnya adalah salah satu tokoh pergerakan yang berpengaruh :   Ibnul Qoyyim Al Juauziyah. Saya juga kaget, di tengah karyanya lainnya yang serius mengupas tuntas pergerakan, rupanya beliau punya sisi lain yang berbeda. Aih... Em, buku ini tidak saya rekomendasikan untuk para laki-laki. Saya tahu dan tempe bahw

Perjodohan bukan Bahan Bercanda

Gini. Ini bukan kisah saya, tapi kisah orang yang saya sayang. Bisa-bisanya, aslinya saya marah. Jadi dia dipasangin. dia kepikiran. Ternyata, ga jadi. Dan orang itu udah punya calon lain Saya marah. Harusnya, kalau mau masangin orang itu mikir dulu Direncanain dulu Jangan terbawa suasana Jangan asal nyeplos Kalian ga tau kan, apa yang terjadi kalau seorang perempuan udah kepikiran? Makanya, kalau kalian ga tau, jangan asal. Perjodohan buat perempuan itu sensitif Pakai hati Kalau belum fix, jangan diobrolin Dia kepikiran Dia sedih Dia patah Gara gara kalian bercanda sembarangan Kalau ini terjadi pada saya si ga masalah Saya mah bodo amat orangnya Tapi jangan sama orang disekitar saya Mungkin buat kalian lucu Karena kalian ga kepikiran Karena kalian ga patah Tapi bukan berarti itu lucu Kalian memang lebih tua Punya wewenang Saya harus hormat Memang saya hormat Tapi bukan bercandain perjodohan Bukan Hadistnya kan jelas. Di dunia ini ada tiga ha

Kita

Kita, adalah penghuni waktu dan rumah sekedar tempat singgah. Terbiasalah Kita, adalah konsumen media dan pangan sekedar cemilan Berhentilah Kita, adalah budak raga dan jiwa dianggap tiada Berubahlah Kita, adalah hamba sahaya dan merdeka hanya ada di surga Sadarlah Manusia, kembalilah jadi manusia. Nida.

Memilah Urusan

Jadi gini ceritanya, Pada zaman dahulu kala, seorang perempuan dikenal sebgai perempuan yang sangat baik. Ia memiliki kepedulian sosial yang tinggi, rajin menabung, dan tak segan untuk mengulurkan tangan pada siapapun. Gadis itu memang lincah, memang lucu, memang menyenangkan. Karena ia pun senang dengan keadaan dirinya sendiri. Bukan kah sudah menjadi pengetahuan umum, siapa yang nyaman dengen dirinya, akan membuat orang lain nyaman, iya kan? Gadis itu memiliki banyak sahabat. Mereka peduli padanya begitu juga gadis itu. Hanya, gadis itu tak banyak berkata, tak banyak mengeluarkan kata kata manis. Tapi ia selalu berusaha untuk orang orang disekitarnya. Gadis itu suka sekali main, namun, waktu bergulir dan hidup semakin menampakkan wajah yang sebenarnya. Orang-orang sibuk saling memberi bantuan, termasuk gadis itu. Memang ia tak pikir panjang, memang ia ceroboh dan tergesa-gesa. Memang. Ia hanya berpikir untuk membantu, selesai. Ia terus begitu terus terus terus begitu Oran

Pelukis Langit

Teringat akan sebuah kisah di balik kelabu  Ketika langit tak secerah dulu  Sepekan sudah tak hadir ia menemuiku Mungkinkah matahari sedang sendu?  Menunggang bumi, sang pelukis bergegas menuju  Mencari matahari namun tak temu  Melihat itu,  kupu-kupu memanggil sang angin  Titipkan warna pada setiap hembus  Pelukis langit lari terburu-buru  Hingga dia lupa warna kuning dan biru  Pelukis langit lari terburu-buru,  hingga yang ada hanya kelabu -Banda Neira-

Galau dan Degradasi IQ

Halo dunia~ Saya mau cerita... Sekitar satu  tahun yang lalu, atau lebih ya, saya juga lupa , saya pernah tes psikologi lengkap seharian penuh. Ceritanya saya jadi bahan tes anak pascasarjana fakultas psikologi Unpad. Ketika itu saya sedang pusing binti mabok sama sebuah entitas bernama skripsi. Sebagai mahasiswa akhir yang sering kelaparan, mendapat tawaran makan gratis mulai dari pagi sampai makan malam tentu menggiurkan. Saya pun pasrah mengikuti serangkaian tes demi nafsu makan yang terpuaskan, hehe... Tapi, emang dasar saya yang ga kepo, bahkan sama diri sendiri, saya pun menolak ketika ditawarkan untuk melihat hasilnya. Saat saya ditraktir makan malam setelah selesai tes, yah, namanya juga ngobrol, akhirnya saya tau juga sedikit tentang hasil tes saya karena memang dikasih tau sama tetehnya, padahal ga nanya. Intinya, terkuak lah kalau saya memiliki IQ yang tidak sama dengan orang-orang. Saya pikir saat itu wajar karena tiap hari saya mikir gara gara skripsi, jadi wajar

Tulisan dan Penulisnya

Gambar
Iya, akhir akhir ini saya sering nulis blog. Salahnya, nulis di blog adalah salah satu cara beristirahat dari hidup yang fana ini, aih.... Jadi, semakin sering saya nulis disini, bisa dibayangkan kan? Berapa pekerjaan yang belum dikerjakan, hehehe. Kemarin saya membagi atau menge-syer atau memamerkan tulisan soal sudut pandang saya tentang laki-laki, dan, poof! Beberapa ngejapri, kemudian... Alis bertemu Jari-jari kaku Bibirku... jadi lebih mancung dari hidung Gaes gaes gaes... Jangan selalu mengaitkan kondisi pribadi penulis dengan apa yang dia tulis. Iya, itu ada benarnya, Memang para penulis memiliki penghayatannya sendiri. Angin adalah lukisan, air mata adalah inspirasi, peristiwa adalah fiksi, emosi adalah jari jari yang menari. Karena memang, menulis adalah seni. Adakalanya penulis menulis hal yang terjadi pada dirinya, penghayatannya, filosofinya, perasaanya, pemikirannya, kemarahannya, dan banyak hal lainnya. Tapi, adakalanya juga tidak. Kalau di duni

Laki-laki Lemah

Bismillahirrahmanirrahim Kita bicara fenomena, karena memang itu yang ada di sekitar kita. Saya, sering mendapat curhatan beberapa teman laki-laki, atau mendengar komentar beberapa teman laki-laki saat berusaha mendapatkan seorang wani ta.  Kalian, memutuskan maju atau mundur bergantung pada sikap perempuan tersebut. Iya kan? Kalau sekiranya permepuan itu juga menunjukkan tanda--tanda penerimaan, kalian maju. Tapi kalau perempuan itu diam tanpa sinyal atau menunjukkan penolakan, kalian mundur perlahan. Ah, opurtunis. Mana kepemimpinan kalian sebagai laki-laki? Kalian pembuat keputusan masa bergantung pada sikap perempuan? Saya tahu, laki-laki itu bagaimana perempuan, tapi masa kalian tidak punya prinsip? Kan kalian imam, kan Allah telah melebihkan kalian. Kalau memang kalian laki-laki, seharusnya keputusan itu bergantung pada kalian sendiri, bukan bagaimana perempuannya. Mau dia jadi ibu dari anak-anak kalian ga? Kalau iya, ya maju. Bukan, gimana dianya deh ya, kalau

Laki-laki dan Konsep Ganteng

Gambar
Selamat Malam retina! Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang Sembari nunggu instalasi sebuah program ilmiah di laptop yang renta ini, saya cukup tergelitik melihat layar kaca di kantin Asrama Mahasiswa yang menayangkan tamu artis pria, yang katanya, ganteng dan populer. Mereka di datangkan untuk mendongkrak rating acara tersebut, ya iyalah ya, dan saat mereka masuk ke studio, aih, amit-amit, para perempuan menjerit tak karuan bak kesurupan. Aduh... Saya akui, kita hidup di jaman teknologi dan paparan budaya tak lagi terbendung. Kaum wanita Indonesia berkulit sawo dan kuning langsat ini menjejali mata mereka dengan berbagai potret laki-laki lintas budaya jauh disana. Entah Korea, Amerika, Spanyol, Eropa, Turki, Inggris, Tukmenistan, Kazakhstan, Uzbekistan, Nigeria, Syiria, atau bahkan, Timbuktu. Entahlah Ah, yang jelas, kita terbiasa melihat model manusia lain yang hidup di sudut bumi yang berbeda dengan kita, iya kan? Sayangnya, paparan potret manu

Kepada

Kepada, Gerimis yang sabar dan panjang, seseorang di sudut sana berdiri berbaju lembap menunggu. Terik panas yang intensif, seekor burung berteduh di atas dahan rapuh barang sebentar Mendung yang menenggelamkan, muda-mudi hilir mudik tertawa melepas lara Kepada, setiap cuaca mewarna bumi, layaknya emosi yang silih berganti,. Perasaan tak cukup baik menyelimuti menyisakan nanar mata memperhatikan sekitar. Gadis-gadis aku tak peduli. Pemuda lain aku tak hiraukan. Hanya kerja tak cukup keras menyisakan penyesalan. Kepada, setiap gejala alam yang terjadi, layaknya memori tersimpan dalam laci. Penghayatan tak dalam meninggalkan dosa yang bergelimpangan. Kucing berebah memamerkan perutnya yang bunting, berkali-kali bunting, dan aku, bukan kucing. Hal ihwal yang tak kita bicarakan biar jadi rahasia menyublim ke udara hirup hidup-hidup. Depok, 11 Maret 2017 Mendung melengkung Silently break. Nida.

Perempuan itu Cemas

perempuan itu cemas: Ia tak terima tapi semua telah terjadi begitu saja ia selalu berharap tak tahu apa-apa tapi semua terjadi dan ia mengingat semua foto yang dilihatnya ia tak membenci ia mengerti apakah ambisi membuat kita kehilangan diri? jika iya, ijinkan aku hidup dengan sederhana perempuan itu enggan melakukan perbuatan yang sama seperti ayahnya, atau ibunya ia kehilangan konsep diri setiap hari, matanya berkaca-kaca berharap tak tahu segalanya Ia bicara dengan hatinya, mari menerima Ia pikir ia menerima tapi mengapa, cemas selalu datang semaunya? bulir bulir air mengalir, tak ada sesiapa untuk bicara cemas, mari hidup bersama. perempuan itu cemas.

Dosa

Mereka bertanya ...apa itu dosa? adalah iman yang tergesa-gesa Nida.

Perempuan #1

Perempuan itu seperti bunga Selamanya bunga tulip tidak akan menjadi bunga matahari Selamanya bunga matahari tidak akan menjadi bunga mawar Mereka punya takdirnya sendiri-sendiri -Mata Hari- Ciputat, 7 Maret 2017 Demam turun Hujan turun Nida.