di Jalan Dakwah, Kutemukan Kebahagiaan


assalamualaikum
kali ini mau flashback sebentar yah ...
dulu, waktu saya msih SMP, rasanya hidup itu boring,
g tau mau berorientasi sama siapa...
g ada kegiatan, yang bener dan yang g bener jadi abu abu rasanya ...

haduuh, malesnya kalo inget jaman jahiliyah
tapi sekarang (sambil senyum terus memandang langit ,,, >.<)
alhamdulillah, sekarang ada di jalan dakwah
jalan dimana air mata sebagai pendampingnya
keringat sebagai sahabatnya
ukhuwah sebagai barisannya
dan pusing mikirin ummat (red-dakwah) jadi tumor di otaknya
mulai dari masalah organisasi sampai ke masalah halaqoh...
tapi, sepusing apapun,,, selalu ada jalan keluarnya :)
yah, itulah dakwah
ada banyak cobaan, terkadang sampai kita menteskan air mata
bahkan, saya pernah sampai terbawa mimpi, dan di mimpi itu saya menangis loh.. (lebay juga ya :P )
tapi ada banyak keceriaan, saat sahabat seperjuangan mulai berceloteh ria
nah, ini nih penyebab kenapa liqonya akhwat selalu lebih lama
hhe, ternyata ngobrolnya g kalah lama sama materinya (waduuh)
apalagi ketawanya, ada ikhwan aja kadang udah cekikikan, apalagi g ada ya kan?
beh, mba kuntil mah lewat .. :p
tapi ...
ada banyak ujiannya
banyak dari kita yang gugur di tengah jalan,
kebanyakan si karena VMJ (Virus Merah Jambu)
sedih juga ngeliatnya, semakin lama barisan pemuda militan jadi semakin sedikit ... :(
huft, namanya juga jalan dakwah
jalan yang banyak batu, duri, dan ilalangnya ...
tapi .. g papa lah, namanya juga menegakkan Kalimatullah, pasti banyak cobaannya
mulai dari batu kecil sampe batu yang besar banget ..
tapi, kau tau kawan?
aku bahagia ...
bersama sahabat, kita angkat batunya sama sama
senang bersama... sedih bersama....saling mengingatkan dalam kebaikan bahkan pusing juga sama sama
aku bener bener bahagia
ini baru yang namanya hidup c: ... karena memang hidup itu untuk Yang Maha Hidup ^.^
ya Allah, kuatkan iman kami, kuatkan ukhuwah kami, mudahkan jalan dakwah kami, jadikan kami sebagai hamba kesayanganMu ya Rabb, orientasikan hati kami hanya untukMu, kekasihMu, kitabMu, dan agamaMu  ...
Amiin ...

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kuhentikan Hujan

Gambar
Kuhentikan hujan Kini matahari Merindukanku Mengangkat kabut pagi Perlahan ... Ada yang berdenyut Dalam diriku Menembus tanah basah Dendam yang dihamilkan hujan Dan cahaya matahari ... Tak bisa kutolak Matahari memaksaku Menciptakan bunga-bunga Karya: Sapardi Djoko Damono Ini puisi favoritku. Ada makna tersendiri dalam puisi ini bagiku. Sebuah kedukaan yang diangkat oleh sesosok matahari, dan denga bantuan keberkahan hujan, duka pun melahirkan bunga-bunga, melupakan dendam yang dibiaskan hujan. Aih... Karenanya, kepada matahari... mari kita berlari, mengangkat duka. Mencari keberkahan hujan agar lahir bunga yang akan melukiskan sejarah. Histori harus menjadi milik kita, milik kita yang selalu mengingatkan untuk terus mengejar cintaNya. Histori harus menjadi milik kita, miliki kita yang megutamakan kepentingan masyarakat yang terpasung pembajakan kadaulatan. Karena itu matahari, bantu aku menghanyutkan dendam dalam berkah hujan agar terci
Baca selengkapnya

Hati yang Hampa

Gambar
"Hati yang Hampa" adalah salah satu cerpen karya Mochtar Lubis yang tertuang dalam bukunya yang berjudul "Bromocorah" “Tetapi aku tahu, aku tak sanggup menyampaikan padanya apa yang sebenarnya aku pikir. Aku tahu, dia akan bertambah sepi, hatinya akan bertambah hampa jika aku berkata benar padanya” *** Namanya Padma, sesorang yang bertampang biasa, kalau tidak mau disebut jelek, tapi memiliki mata yang bercahaya. Mochtar Lubis mengisahkan seorang aktifis nasionalis yang memiliki daya pikir dan daya pikat yang kuat. Sementara ia, sang penulis sendiri berperan sebagai sahabatnya yang dulu pernah melakukan perjuangan yang sama.   Pada cerpen ini tokoh Padma mengambil sebuah keputusan hidup yang besar. Ia memutuskan untuk jatuh cinta pada lelaki yang mencintainya lebih dulu, ia menerima lamaran lelaki itu untuk hidup dan tinggal bersama.  Sayangnya, Padma menikahi lelaki yang memiliki tuhan yang berbeda sehingga ia tidak mendapat restu dari k
Baca selengkapnya

Resensi Buku: Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai

Gambar
Judul Buku : Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai Penulis: Emha Ainun Nadjib Tanggal terbit: Maret 2015 Penerbit: Bentang Tebal: 414 halaman Emha lagi-lagi menantang nalar kita dengan kalimat-kalimat filosofisnya. Kali ini penulis ingin meresensi salah satu buku dari penerbit favorit penulis, Bentang, karya Emha Einun Nadjib atau EAN. Dalam deretan kata sepanjangan 414 halaman ini, Emha menuangkan gagasannya dalam bentuk esai singkat. Inilah yang membuat pembaca dapat betah menggerak-gerakan retinanya pada setiap kata Emha karena ia tidak terlalu panjang 'bicara' pada setiap sub babnya seolah ia tahu bahwa kemampuan fokus pembacanya tidak akan bertahan lama.  Selayaknya budayawan juga sastrawan, gagasan Emha pada bukunya yang ini banyak membahas konsep Islam secara filosofis disandingkan dengan praktik yang ada di masyarakat. Puncaknya adalah pembahasan tentang seni dalam Islam, khususnya musik. Emha juga banyak membahas pesantren dan relevansinya dengan pendidikan
Baca selengkapnya