Laki-laki dan Konsep Ganteng

Selamat Malam retina!
Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

Sembari nunggu instalasi sebuah program ilmiah di laptop yang renta ini, saya cukup tergelitik melihat layar kaca di kantin Asrama Mahasiswa yang menayangkan tamu artis pria, yang katanya, ganteng dan populer. Mereka di datangkan untuk mendongkrak rating acara tersebut, ya iyalah ya, dan saat mereka masuk ke studio, aih, amit-amit, para perempuan menjerit tak karuan bak kesurupan. Aduh...

Saya akui, kita hidup di jaman teknologi dan paparan budaya tak lagi terbendung. Kaum wanita Indonesia berkulit sawo dan kuning langsat ini menjejali mata mereka dengan berbagai potret laki-laki lintas budaya jauh disana. Entah Korea, Amerika, Spanyol, Eropa, Turki, Inggris, Tukmenistan, Kazakhstan, Uzbekistan, Nigeria, Syiria, atau bahkan, Timbuktu. Entahlah

Ah, yang jelas, kita terbiasa melihat model manusia lain yang hidup di sudut bumi yang berbeda dengan kita, iya kan?

Sayangnya, paparan potret manusia luar daerah itu, entah bagaimana, menjadi dominan dan jadi konsumsi harian para penduduk yang polos. Bagus, aslinya bagus,

Kita jadi mengenal dunia luar, salju, gaya bahasa baru, cara hidup yang sebelumnya kita tak tahu, betapa, betapa menambah pengetahuan. Bagi... yang merasa bertambah pengetahuannya.

Tapi, rasa kagum terhadap potret fisik mereka perlahan mendarah dan menetap di memori kita, menjadi suatu kiblat baru untuk melihat dan menjustifikasi fisik diri kita sendiri, atau orang lain. Mata para wanita dibuat betah memperhatikan fisik laki-laki yang ada di layar kaca.
Hey, sadar ga si? Itu sama saja dengan tidak menundukkan pandangan.
Dimana malu kalian sebagai perempuan?

Saya jarang nonton, dan saya, merasa malu kalau harus melihat foto laki-laki. Bagaimana bisa kalian tahan melihat wajah laki-laki dan menjerit karenanya? Kalau gini terus wanita bisa turun derajat, aduh.

Belum lagi,  berbagai produk kosmetik, baik untuk laki-laki maupun perempuan yang menggembor-gemborkan khasiat ajaib, membuat kita berusaha agar fisik kita bisa tampak seperti mereka.

Hello, yu ar orang indonesia, pliss... white in 2 weeks? My God, what kind of pigmen that you killed?

Tapi, yasudahlah, toh ingin memiliki fisik seperti apa, itu pilihan, apakah kita akan mensyukuri dan merawat sesuai kodrat, atau bertindak tegas merawat melawan kodrat dan bekerja keras. It's your own choice.

Kenyataanya, rasa takjub kita terhadap fisik orang lain memunculkan harapan untuk mendapat pasangan yang beda sedikit lah sama yang kita lihat di media.
Mengheningkan cipta, mulai...
KIta mau dapet suami kaya Lee Min Ho? Emang kita sudah sama dengan Park Shin Ye? Engga kan. 

Oke, saya terima setiap kita punya hak untuk memilih definisi ganteng seperti apa yang kita mau, tapi tahukan kalian bahwa sejarah juga menunjukkan trend ganteng yang berbeda-beda dari masa ke masa. Dan masa sekarang, adalah trend yang menurut saya, paling aduh deh pokoknya.

Kalau dulu laki-laki ganteng adalah yang punya banyak bekas luka peperangan, terus bergeser jadi kumis panjang yang disisir, terus bergeser lagi jadi otot besar dan menggelembung, dan sekarang? kulit putih, halus, dan tinggi. Aih... Ya ga papa sih..

Tapi sampai kapan kita melingkari diri dengan konsep keindahan fisik yang terus berganti ganti? Lupakah kita bahwa ada yang lebih menarik dari sekedar fisik? Ingatkah kita pada sikap si ganteng yang tukang PHP perempuan? Bagaimana? Masih ganteng?

Your beauty stole my eye, but your personality, stole my heart

So, apa yang mau dicuri wahai para wanita? sekedar mata, atau hati yang terpesona?

Para wanita, kita ini makhluk yang butuh perlindungan kan, bagaimana mungkin kulit putih yang kalian cari-cari itu bisa melindungi kalian dari sikap kasar dan menyakitkan? Badan yang tinggi itu akan menjaga hati kalian dari perkataan yang melukai? Katanya pengen bahagia...

Prinsipnya:
Setiap manusia akan mendapatkan apa yang ia mau

Kalau hati kecil kalian dipenuhi dengan keinginan bersama laki-laki ganteng konvensional, kalian akan mendapatkannya. Tapi mungkin kalian tak bisa tertawa bersamanya, atau mungkin latar keluarganya tak bisa membahagiakan kalian, dan banyak kekurangan lain yang bisa lebih menyakitkan. 

Bukan, bukan gak boleh cari yang ganteng, tapi ubahlah konsep ganteng kalian. Sebelum semua terlambat, segeralah bertaubat.

Dan, untuk kalian kaum adam.
Saya tahu kalian sebenarnya tak punya banyak masalah dengan kondisi fisik kalian. Kalian adalah makhluk yang dapat mencintai diri sendiri dan tetap merasa ganteng di mata kalian sendiri.

(Saya gak bicara pria metroseksual yang hobi dandan ya, itu si beda kasus)

Tapi, tahukah kalian,
Saya saja sebagai perempuan, melihat teman laki-laki yang terus meng-upgrade diri, lama-lama jadi semakin ganteng dari hari ke hari. Ada kharisma yang terpancar, ada pesona yang menyeruak.

Be the best version of yourself guys. 
Karena seorang laki-laki yang terus memperbaiki dirinya, akan mengeluarkan aura maskulinitas yang dicari para perempuan. Aslinya.

Cukuplah menjadi bersih,
bersih diri, bersih hati, pikiran, lisan, dan perbuatan. Hehe, definisi bersihnya jadi berat ya..

Akui saja, selama ini kalian hanya terlalu malas untuk memperbaiki diri dan merasa bahwa apa yang ada saat ini baik-baik saja Akui, bukan baik-baik saja, tapi kalian yang malas untuk bekerja lebih keras.
Ganteng itu, kerja keras, kerja cerdas. catat.

Satu lagi ya, selain malas, sebenarnya kalian juga terlalu sering galau, memikirkan si A, masa lalu, dan keindahan yang hanya hidup di kepala kalian. Semakin sering kalian galau, semakin menurun tingkat kegantengan kalian.

Saya sendiri memiliki definisi ganteng fisik menurut versi saya sendiri, dan itu tidak sama seperti yang ada di televisi. Setiap orang punya seleranya sendiri. Setiap kutub utara akan menarik kutub selatan-nya sendiri. Yakinlah, kalian akan menjadi menarik menurut pengagum kalian sendiri, selama pribadi kalian, adalah pribadi yang pantas untuk dikagumi.

Trust me, it works.  
Nida.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kuhentikan Hujan

Hati yang Hampa

Resensi Buku: Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai