Realita, antara Larut dan Menerima

Dunia, sebenernya sekarang saya lagi dikejar deadline tulisan ilmiah. Tapi berhubung sebentar lagi selesai dan saya masiih punya waktu untuk main, bolehlah ya, hehe.

 "Kalo buat anak-anak gaul wattpad pasti bakal komen gini teh: baguus, diksinya suka, alur ceritanya juga suka, tapi iyuh masa cowonya ga ganteng"

Gitu kata sahabat saya gaes.

Suatu ketika, saya sama sahabat saya lagi asik cecerita-an tentang kegiatan masing-masing, banyaklah, mulai dari perkembangannya, next project sampe nama pena. Terus di tengah-tengah ceria saya nyerita kalau saya punya draft novel tokoh utamanya ga ganteng, item dan cungkring (betewe tulisan yang ini ga tau bakal diterusin atau engga, berhubung saya sedang memasuki masa tenggang dengan dunia fiksi). 

Terus dia meramalkan bahwa kalau tulisan saya yang itu naik cetak, nanti komen orang-orang bakal kaya gitu.

Saya jad inget, tulisan saya pernah di reject sama penerbit favorit saya, katanya tulisan yang bagus, tapi belum sesuai dengan selera pasar. Eis~

Ini realita dan kita harus menerima.
KIta dihadapkan dengan mayoritas manusia yang beroreintasi pada hal fisik dan materi. Psikologi bahkan cukup tega memberi nama jenis manusia ini dengan istilah The Lowest Creature (Makhluk Hidup Terendah)

Kalau kita masih sibuk merendahkan orang dari penampilannya, masih suka mengukur kesuksesan dengan banyaknya uang, masih merasa merana ketika tidak mampu membeli gadget terbaru, pokoknya isi kepala selalu saja soal materi dan fisik, berati kita dikategorikan sebagai makhluk hidup terendah. Aduh...

Miris. Saya tidak mengutuk kekayaan dan kemewahan. Para sahabat nabi juga hampir semuanya kaya, tapi itu bukan orientasi jiwa mereka. 

Dunia itu kaya parfum, dipake bukan ditelen.

Kalau dunia dipakai dengan baik, akan harum. Tapi kalau dunia itu ditelen, dimasukkan ke dalam hati, siap  siap keracunan dan mati perlahan.
Memang tidak mudah untuk menghindar dari fitnah zaman, apalagi saya dari kecil sampai besar selalu tumbuh di lingkungan sekuler. Tapi ini soal kekuatan prinsip. Kalau kuat prinsip, yang gini gini mah lewat. 

Saban hari saya juga dapet curhatan seorang akhwat, katanya 
"KIta mah emang bukan keluarga cantik"

Spontan saya langsung rada marah dengan ungkapannya dan ngasih komen
Apaan si teh, jangan kebawa fitnah jaman gitu lah.

Hehe, maaf ya sahabat. Abis saya gemes, aduuh...  kalau kita masih berkutat di hal hal seperti ini, kapan kita bisa maju? Amerika dan Rusia sudah punya pabrik nuklir, mereka bisa meretas akun siapa saja, mereka punya virus komputer yang mampu membunuh manusia dan infrastruktur. Masa kita masih disibukkan dengan hal kaya gini? Plis.
Saya sedih. Kalian tau ga si perkataan Muhammad Al Ghazali:
Setiap zaman memiliki aib, dan tidak ada aib zaman kecuali kita-lah pelakunya

Makanya, mungkin kita ga berpakaian seperti orang jahiliah, atau kesibukan kita ga ke diskotik atau apalah itu, tapi ketika kita masih merasa sedih dengan hal-hal yang sebenernya ga perlu disedih-in, hanya perlu di syukuri. Kita sedih karena ga sama kaya orang orang dalam hal fisik dan materi, tandanya kita telah kalah,  pikiran kita telah terbelenggu.
Makanya, percaya lah pada Allah. Apapun yang menimpa kita, adalah bagian dari pendidikan yang sedang Ia beri. Allah adalah sebaik-baik pendidik. Sudah.

Mau kita ga kaya-kaya, yaudah terus kenapa? yang penting kita menghargai setiap waktu, ga melamun, ga buang buang waktu, dan terus berusaha jemput rejeki.

Mau kita ga sama kaya artis korea, rusia, slovakia, atau daerah manaupun yang kalian kagumi, yaudah, terus kenapa? Ini bentuk terbaik yang Allah beri untuk kita.

Tulisan saya ditolak berkali-kali dan mengalami beberapa kendala, yaudah, terus kenapa? Saya ga berhenti menulis dan selalu ada cara untuk menerbitkannya.

Jangan menyerah, jangan kalah dengan zaman fitnah.
Tidak ada kebaikan yang sia-sia. 

Ini realita, kita harus memilih, mau terlarut atau menerima.
Sibuk lah dengan hal-hal yang lebih penting dan bermanfaat
Allah lebih tau, kondisi apa yang tepat untuk kita
Tugas kita hanya menerima, percaya, dan berusaha.

Inilah kenyataan
Kenyataan
Seperti itu untuk semua orang
Jadi mari memahami kenyataan

Terlalu banyak memperhitungkan setiap hal
Tapi hal-hal sering terjadi dan itu tak sekecil itu
Bibirmu manis, siapa yang bilang begitu?
Coklat hanya sementara
Setelah itu kau akan menyesal
Selalu seperti itu
Semua orang hanya diam
Selalu seperti itu
Hati orang-orang sakit karena hal-hal ini
Inilah kenyataan
Seperti itu untuk semua orang
Jadi mari memahami kenyataan

-Akdong Musician-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kuhentikan Hujan

Hati yang Hampa

Resensi Buku: Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai