Office Boy

Di tempatku tinggal, tempatku menghabiskan waktu selain duduk di kelas untuk belajar atau mengajar, hiduplah seorang office boy yang kurus, tinggi, berkulit coklat sawo kurang matang, tidak banyak bicara, banyak sekali bekerja.

Aku mulai memperhatikannya karena ia mirip seseorang yang kukenal dengan baik.
Semakin kuperhatikan, semakin tidak mirip.

Kemudian perhatianku berubah jadi curi-curi pandang yang geli.
Kulihat ia gesit mengelap meja, menyapu, dan mengepel seluruh kantin asrama.
Seluruh sampah dan piring kotor disimpan di tempatnya
Ia tidak istirahat jika kantin asarama yang luas, lebar, dan besar ini belum bersih dari segala sampah dan kotoran
Ia benar-benar tidak istirahat
Begitu khusu bekerja

Keesokan harinya kami bertemu lagi
Aku adalah pengunjung tetap kantin asrama setiap pagi
Dan office boy itu adalah petugas kebersihan tetap setiap hari
Kuperhatikan ia setiap pagi, setiap hari
Ia pun menjadi inspirasi

LIhat nida, di dunia ini ada pemuda yang bekerja sekeras itu, sekeren itu.
Betapa kita, tidak mempunyai kesempatan yang sama.
Aku kuliah S2, pemuda lain kuliah jenjang pendidikan sarjana atau D3 atau jenjang lainnya
Tapi ia, sibuk mengelap meja-meja

Suatu ketika kami bersinggungan sedikit
Aku tak pernah melihatnya bicara ketika bekerja
Kali ini petugas lain menyapanya
Coba lihat nida, bagaimana ia merespon

Sebagai magister psikologi
Adalah cukup bagiku mengintip sedikit pribadinya
Betapa ia bukan orang yang suka berbasa-basi
Betapa ia orang yang ramah tapi sulit mengekspresikan diri

oh, jadi akang teh gitu orangnya...eeuummm

Suatu ketika, saat senja terasa begitu manja
Membuat aku ingin makan cemilan penuh micin dan bumbu sintetis lainnya
Di minimarket itu, kami bertemu
Ini senja, bukankah sudah lewat waktu ia bekerja?
Ia yang nampak malu karena kuperhatikan begitu lama
Dengan canggungnya mengangkat galon-galon dan bersiap mengantarkanya ke kamar-kamar mahasiswa

Mengambil partime sebagai tukang antar galon?

Aku tahu, pemilik mini market ini mengeluhkan kebutuhannya akan pegawai baru beberapa waktu lalu.Tapi siapa sangka, office boy keren dan khusu itu yang mengambil posisi?

Aih, lihat nida, betapa pemuda ini masih saja terus bekerja sampai malam, sampai bahunya pegal-pegal.

Dari caranya merespon dan bekerja, sungguhlah ia pantas untuk mendapat strata pendidikan yang lebih baik. Menghabiskan masa muda dengan ilmu dan karya.
Tapi, kita tidak pernah tahu, betapa setiap orang, tidak memiliki kesempatan yang sama.

Mugkin ia terbelit ekonomi keluarga, mungkin ia terbatas pada biaya, mungkin ia jadi tulang punggung keluarga, atau mungkin, ia punya tujuan hidup yang berbeda. Aku hanya bisa menerka nerka tanpa berani mengajaknya bicara atau sekedar menyapa. Cukuplah ia menjadi inspirasi, menampar rasa malas, dan menyuruhku untuk menghargai hidup dan kesempatan yang ada.


Kepada office boy yang keren dan rajin,
Kau tidak tahu kan? Kerja keras dan khusu-mu itu, menjadi nasehat yang dalam bagi orang lain yang bahkan, tidak kau kenal sama sekali. Hanya sering keliatan mondar mandir di kantin dan memperhatikanmu dengan seksama.
Aku tahu kau peka
Aku tahu kau menyadariku
Tapi kau keren, karena bisa memilah pengetahuan dan menyesuaikannya dengan tindakan

Jelas sekali aku memperhatikanmu.
Saat lelaki lain mungkin sudah dimakan geer dan memberikan serangan pendekatan
Atau saat office boy lain sibuk menggoda mahasiswi yang centil dan tebar pesona
Memilih tidak peduli dan tetap khusu bekerja adalah pilihan yang tak biasa.
Cermin dari pikiran yang tegar dan punya tujuan 

Jika suatu saat kita berteman, mari bicara soal kehidupan.
Aku tahu, sesuatu yang dalam tersimpan di kepalamu.
Jika mata adalah jendela hati
Bukankah prilaku menjadi cermin isi pikiran?

Hari ini tanggal merah, selamat berebah di rumah!

Sekarang, aku duduk di kantin asrama dengan piring dan sampah yang tidak dibuang ke tempatnya oleh mahasiswa lain. Tak ada office boy, tak ada satupun yang mau membersihkan sampah di sekitar mereka, aih generasi manja!
Mungkin selama ini saat kau bekerja, kau juga mengutuki kami ya?
Jelas -jelas di kantin ada tempat sampah, masih saja tak dibuang ketempatnya
Membuat pekerjaanmu semakin berat, semakin melelahkan.

Disini, aku berdoa agar kau punya hati yang sabar dan lapang
Aku juga mengutuki mahasiswa seperti itu dalam hati
Office boy yang baik, kau tidak sendiri.

Nida
Mendung secukupnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kuhentikan Hujan

Hati yang Hampa

Resensi Buku: Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai