Kepada Allah

Saya bersinggungan dengan banyak lingkungan, mulai dari yang nakal banget, alim banget, gaul banget,  sampai yang pinter banget.

Kali ini, ada sebuah lingkungan yang serinigkali mereka menjadikan agama sebagai bahan bercanda. Saya mengerti sudut pandang mereka, karena saya pun menuntut ilmu yang kurang lebih sama suasananya, sekuler.

Saya tidak akan menghakimi apapun, adalah hak mereka untuk berpikir, berkata, dan bersikap apapun, asal jangan nyakitin orang aja.

Hanya setitik pilu muncul di hati

Saya, sungguh merasakan perasaan yang berbeda kepada Islam, terlebih, kepada Allah.
Memang, cukup sentimentil, saya merasa cinta pertama saya adalah pada Allah.
Sungguh.
Mungkin orang orang akan tidak mengert dan saya pun tidak mampu menjelaskan perasaan ini. Saya bukan yang sangat taat dengan jidad hitam dan salat malam 11 rakaat, sungguh saya hanya melakukan ibadah biasa seperti muslim lainnya, tidak seperti nabi, atau mungkin syekh syekh yang tinggi ilmunya.

Tapi, ketika ditanya bagaimana perasaan saya kepada Allah, saya hanya diam, bukan tidak punya perasaan, cukup Allah Yang Maha Tahu.
Pernah ga si kalian, saking besarnya perasaan yang kalian punya, kalian sampai ga sanggup mengatakannya? kelu aja rasanya, bisa si kalau mau diucapin, tapi rasanya ada nyes gitu.

Nah, pada lingkungan yang menjadikan Islam sebagai bahan bercanda, atau Allah sebagai bahan bercanda, saya hanya bertanya sembari sedikit merasa pilu, apakah, mereka tidak pernah merasakan manisnya perasaan yang saya rasakan kepada Allah? Jika iya, sungguh saya mengasihani mereka.

Kalau Allah sudah dihati, duh apa ya, banyak keajaiban lah.
Nikmat yang paling harus saya syukuri, adalah nikmat iman, islam, dan perasaan menikmati iman dan Islam.
Ada banyak kan, yang bahkan tidak merasakan kehadiran tuhan dalam diri dan hidup mereka.

Kalau memang kita meyakini Allah Maha Pencipta, maka rasakanlah, Ia akan hadir dalam setiap detik kehidupan kita, setiap bersit bersit yang menyambar hati kita.

Terkadang menegur dengan rasa bersalah, malu, musibah, ujian, dan banyak hal. Seringkali sakit, tapi lebih banyak haru atas segala pertolongan dan kasih sayangNya.

Kepada Allahku, satu satunya Rabbku, jika boleh, Kau hanya milikku
Berikanlah nikmat iman ini kepada selurun insan yang menghirup udaraMu di bumi
Agar mereka menyesal pernah mempermainkanMu, pernah merendahkan hambaMu yang lain, pernah melupakanMu dan sesal itu kemudian berubah jadi pengabdian yang jauh lebih loyal.

Aamiin.

Maghrib
Sehabis hujan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kuhentikan Hujan

Hati yang Hampa

Resensi Buku: Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai