Ruang Bicara

Lagi-lagi pikiranku dipenuhi dengan hal-hal jelek. Memang betul kata mereka, apa guna sarjanaku jika  tada ada sepeser rupiah yang bisa kudapat dari gelar bergengsi itu. Rong-rongan orangtua untuk mencari kerja juga kerap sampai ke telingaku. Belum lagi, hari ini si kecil baru saja belajar kata kasar yang baru dari lingkugan sepermainannya. Usianya yang baru saja mnginjak 24 bulan membuat lidahnya menyeplak apa saja yang telinganya dengar. “Bu, anaknya jangan main sama anak ibu itu, tuh kan omongannya jadi kasar…” begitu pesan teman sejawatku. Di lain waktu ada lagi yang berkata “bu, anaknnya tolong dijaga bu, ini anak  saya jadi ketularan kasar, kalau di rumah sebenernya anaknya gimana sih bu?” Dan yang paling sebel adalah uangkapan “bu,  di rumah ngapain aja sih, ini loh anaknya main terus di luar”. Amarah, kesal, menyesal, benci berpadu menjadi satu dalam diriku. Tak kalah, akupupn membalas ocehan-ocehan itu agar harga diri ini, harga diri anakku, dan terlebih, harga diri keluargaku tak sembarangan dikomentari.

Berkali-kali kudengar seminar Institut Ibu Profesional tentang ibu berdaya, berkarya, berkembang, berdampak atau apalah itu, tapi bagaiaman aku harus menghadapi lingkungan seperti ini? Lingkungan yang penuh persaingan dan komentar-komentar yang menjatuhkan, apakah kehidupan emak-emak haruslah seperti ini? Apakah ini takdir tuhan yang tak bisa kuelak? Aih, dimana aku harus mencari seminar untuk mengahadapi lingkungan seperti ini? Semangatku begitu membara untuk mengikuti perkembangan si kecil, memberinya stimulus ini dan itu, tapi apalah artinya semua itu ketika ia mulai berkata kasar mengikuti teman sebayanya? Aku tahu, mengasuh memang tidak mudah, tapi adakah solusi untuk masalah pengasuhan secara sosial? Disisi lain, aku merasa tak berdaya dengan lingkungan, sedangkan tanggung jawabku sebagai seorang ibu tetaplah penuh dan utuh, mau bagaimanapun lingkunganku. 

Anakku berhak mendapatkan pengasuhan terbaik dariku, dan tentu, juga dari lingkungan sekitarnya. Entah bagaimana, rasa tanggungjawab ini mendorongku untuk mengontrol emak-emak penuh komentar  itu. Ya Allah, bagaimana aku bisa mengubah lingkungan ini? Aih, setiap ibu tentulah punya masalah pengasuhan, mungkin ada yang masalahnya adalah suami yang tidak bisa bekerjasama, mertua yang ikut campur, pribadi denga kesehantan mental yang tdaik baik, trauma, kekerasan rumah tangga, dan segudang ujian lainnya. Sepertinya, masalah pengasuhanku adalah bagaimana bisa aku menciptakan lingkungan yang baik untuk pengasuhan anakku. Maka, mau tidak mau, aku harus menghadapi ibu-ibu itu.

Tak ada yang dapat mengelak makanan enak, pikirku saat itu. Hadirlah undangan makan bagi para ibu-ibu sekitar sebagai cara pertamaku menundukkan hati  mereka. Pertemuan pertama,  menyesakkan dada. Komentar jahatnya penuh mengisi ruang tamu. Pertemuan kedua, ah, coba kuhadirkan pemuka agama untuk mengisi kultum saja, setidaknya ada hal positif yang beredar di telinga kami selain saling mengomentari. Pertemuan ketiga, aih senangnya aku mendengar respon mereka yang mau diajak bekerja sama agar anak-anak kita bisa saling menjaga. Ibu yang anaknya bicara paling kasar akhirnya curhat tentang suaminya. Ia begitu kecewa sehingga seringkali anaknya mendapat tumpahan emosi darinya. Air mata tak terbendung diantara kami, sedikit-sedikit, pertemuan demi pertemuan, kami jadi saling percaya dan berbagi rahasia. 

Begitulah kisah awal dari kegiatan seminar parenting terbesar yang kami adakan di desa kami hari ini. Tanpa sadar, mataku mengeluarkan air sedikit, tak  kuasa aku menahan haru di dalam hati. Anakku mulai jarang berkata kasar, dan ia juga mulai menjadi lebih lembut. Aku menyesal dulu pernah menghujat ibu-ibu disini. Aku baru sadar, perkumpulan sangatlah dibutuhkan. Kami, para ibu-ibu memang tidak sempurna dalam membesarkan anak-anak kami. Tapi, tak ada ibu yang bangga menjadi ibu yang jahat. Ternyata kami hanya perlu berkumpul. Aku tak menyangka, lingkunganku ternyata bisa berubah, mereka hanya perlu ruang untuk bicara. Saat ini mungkin lingkunganku masih belum bisa memberikan pengasuhan sosial yang sempurna bagi anak-anak disini, tapi setidaknya, kami sama-sama berusaha. 

Sekeras apapun kita melawan lingkungan, lingkungan adalah pengasuhan yang cukup dominan bagi tumbuh kembang anak-anak kita. Dengan menciptakan lingkungan yang baik, aku harap, adalah  cara untuk menghadirkan generasi yang lebih baik, untuk terus bertumbuh dan berkebang dalam kehidupan yang berkelanjutan. 


Kata Kunci : 

Dari rumah untuk dunia

Ibu Profesional

Konferensi Ibu Pembaharu  

#darirumahuntukdunia

#sayembaracatatanperempuanKIP2021

#konferensiibupembaharu2021

#ibuprofesional

Komentar

  1. The wire casino app for Android - JT Hub
    The wire 광주 출장샵 casino app 진주 출장마사지 for Android is the best mobile gambling 당진 출장샵 app out 김천 출장안마 there. If you need to play mobile casino games on the go, the easiest option is to 경상북도 출장안마

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kuhentikan Hujan

Hati yang Hampa

Resensi Buku: Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai