Pribadi

 Darimana aku harus memulai semua penjelasan ini.

Blog ini adalah semua tentang aku, yang mungkin tidak akan ada manfaatnya bagi orang lain. Maka berhentilah membaca, cukup sampai disini saja.

Ternyata, tidak semua dunia kerja itu sama, barulah aku tau. Tidak semua lingkungan islami itu nyaman, barulah aku rasakan. Aku telah berusaha menyelami kehidupan baru, lingkungan baru, jenis pekerjaan baru. Semuanya baru, oh ya, aku lupa... baru dan berantakan.

Aku si penegak keadilan ini tentu bertindak ini itu untuk meluruskan. Tahun demi tahun berjalan, dan proses ini, ternyata menyakitkan. Setidaknya bagiku. 

Luka ini pun menganga. Kekecewaan  kian tak terobati. Hasrat diri ingin menjauhi lingkungan ini. Begitulah lintasan hati yg terus muncul sulit terkendali. Tapi dasar topeng tebal ini telah terpasang begitu adanya. Aku yg terseret seret ini selalu saja bertindak sebagaimana mestinya. Mendahulukan apa yang perlu, ketimbang apa yang aku mau. Kata orang,  itu namanya kelebihan, kata aku, ini menyakitkan. 

Aku berpikir lama tentang diriku sendiri. Si introvert ini, kembali kambuh dan tenggelam dengan pikirannya sendiri. Aih, aku menyadari, betapa sulit bagiku, untuk jujur pada diriku sendiri.

Sekalinya aku jujur, semua sudah terjadi. Keputusan yg terbaik untuk diri ini, sudah terlambat dan tak bisa diulang kembali. Tersisa konsekuensi. 

Lalu, semua terjadi, hari hari kucoba kulewati sebaik baiknya.  Tapi entah kenapa,  hasrat ingin pergi ini masih saja menganga. Apakah ini setan yang menggoda, atau jeritan batin yang lama tak kuhiraukan?

Mungkin aku saja yang terlalu berperasaan.  Mari kita tutup semua ini dengan perkataan,

yasudahlah.

Memang, bahagia itu tidak melulu ada. Ia datang dan tenggelam, ia bukanlah sesuatu yang harus dikejar. 

Betapa bencinya aku dengan utopia kebahagiaan yang harus dikejar. 

Lihatlah kenyataan, setelah suara lengkingan anak yang menangis, saat hati tersayat dan marah tertahan atas nama pengasuhan yang baik, bukankah baru kita bisa lihat senyum manis yang membahagiakan?

Aih, ini malam yang filosofis.

Aku pesismis. tahun ini, aku merasa menjadi pribadi  yang pesimis.

I have no hope for my future, I have no hope for today. 

Kita lihat saja, bagaimana semua ini akan berjalan. 

Aku juga penasaran. Apakah aku bisa bertahan mengahadapi kesulitan?

Bisakah? 

Ataukah aku, akan kena mental? 

Wkwk

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kuhentikan Hujan

Hati yang Hampa

Resensi Buku: Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai