Manusia?


Manusia datang dan pergi. Kepentingan membuat mereka asik sendiri. Dalam hiruk pikuk rutinitas yang jumud, kita telah lupa kemana perginya makna. Ritualisme kita tidak lagi bermakna, malah dianggap beban dari rantai aktifitas kita. Hubungan sesama mnusia hanya pada basa basi etika karena dibelakang, kita siap begosip ria. Terlebih materi dan prestise telah membuat kita lupa kalau kita hanya manusia. Merek, gadget, jabatan, pekerjaan, ukuran rumah, hanya status belaka. Tapi kenapa kita menjadikan mereka sebagai tolak ukur kemanusiaan? Apakah yg tidak punya tidak dianggap sebagai manusia?

KIta saling bersaing memerkan siapa yang paling prestise diantara kita. Kita sibuk mencibir mereka yang tidak satu selera. Kita, telah tenggelam dalam hidup yang sementara. 

Makhluk spesies manusia ini telah lama kehilangan kemanusiaannya.
Kita teralienasi dari hakikat kita sendiri. 

Masih pantaskah kita menyebut diri manusia? 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kuhentikan Hujan

Hati yang Hampa

Resensi Buku: Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai