Cinta dan Pernikahan


Wahai anak generasi 90-an, adakah hari ini kau terdiam gagu memikirkan masa depanmu? adakan? ada pasti lah.

Iya, betul memang bahwa kami kami ini, generasi 90-an telah memasuki pintu usia galau hakiki. Jika buku nikah belum juga dituliskan, rasanya ada yang kurang dalam hari-hari kita, iya kan? ngaku aja lah. Saya juga sedang mikirin karir, tapi nikah tetep kepikiran. Biasa itu mah, ga usah malu-malu gitu lah.

Nah, yang ingin saya tuliskan disini, adalah tentang cinta dalam persepsi kita.
Kita, generasi drama korea, mas boy, dan kawan-kawannya, berpikir untuk menikahi orang yang kita sukai kan. Ketika perasaan itu mulai timbul tenggelam kayak matahari pagi dan sore, pasti terpikir untuk dilamar /melamar orang yang kita suka kan?

Kalau ditawari calon yang tidak kita suka, tatapan dingin pun memancar dan nada suara yang datar lantang terdengar. Entah mengapa, keinginan nikah bisa tiba-tiba sirna. Iya kan?

Hei, kalian tahu, menikah itu tidak melulu soal cinta. Ada seorang lelaki yang telah menyukai gadis lebih dari lima tahun. Ia bersiap untuk menikahinya dan ketika ia berhasil membawa gadis tersebut ke rumahnya, apa jawab ibunya?
"Ibu tidak suka perempuan berkaca mata"
 selesai.

Lelaki itu pun berakhir dengan menikahi wanita yang dipilihkan ibunya.

Di sisi lain, wanita yang dinikahi itu juga terpaksa meninggalkan pacarnya karena desakan orangtua.
Pacarnya tak kunjung melamar sementara datang seorang lelaki ke rumah yang sangat siap menikah. Tak punya pilihan, karena orangtua mendesak, ia putuskan pacarnya dan menerima lamaran lelaki itu.

Sampai hari ini, dua insan itu masih berumah tangga sehat sentausa.
Jadi?
Iya, rumah tangga itu bisa terjadi karena banyak bentuk. Bukan hanya semata-mata aku suka dia dan dia suka aku, bukan semata-mata Aku, Kau, dan KUA. Eh, itu mah judul buku yah, map map.

Memang sih, sedih juga kalau kita berakhir seperti kisah rumah tangga di atas, seolah-olah, dunia indah yang kita bayangkan pupuskan? Ditinggal nikah itu sakitnya... biasa aja si, jangan lebay plis.

Tapi, kenyataannya, rumah tangga mereka berjalan baik sampai hari ini.

Saya tdk meminta pembaca untuk merubah mindset dan jangan memendam rasa suka pada lawan jenis, hanya saja, cobalah terbuka, terkadang, pilihan hidup itu ada banyak faktornya, bukan hanya suka sama suka.

Secara pribadi pun saya ingin seseorang yang saling menyukai dan membuat nyaman, tapi, hidup itu terkadang realistis dan tidak selalu romantis. Ya kan?
Percaya saja, apa yang telah terjadi memang sudah ditakdirkan untuk kita.

Jangan lupa berdoa, pada siapapun akhirnya kita menjalani hidup, memintalah untuk pasangan yang dapat membuat kita jadi lebih dekat dengan Allah.
Bukannya itu kan tujuan menikah? Ibadah.

Di dunia ini, ada orang orang yang diberi karunia, ia dipasangkan dengan pujaan hatinya.
Tapi, juga ada orang-orang yang diberikan kekuatan istimewa, ia mampu hidup dan mencintai, orang yang ia nikahi. Meski dengan orang yang, yah.. awalnya mah, biasa aja, ga nancep di hati gitu.

Jadi pilihan menikah itu hanya dua
1. Kita yang diberi karunia
2. Kita yang diberi kekuatan istimewa

Dua-duanya sama baiknya. Ya kan? Makanya, ga usah iri-iri an. Allah lebih tahu man yang baik untuk kita, boleh jadi yang pertama dan boleh jadi yang kedua. Tidak perlu menyangka-nyangka. Tetaplah terbuka dan jalani apa yang ada.
Eh, syukuri juga ding

Kalau jodoh, ga kemana-
Etapi, harus diperjuangkan juga yak.

Pada akhirnya, kalau sudah berumah tangga mah, semua soal:
Tanggung Jawab

Cinta? Udah lupa kayaknya.
Tanya aja orangtua masing-masing.

Jakarta Selatan
11-11-2016
Cuaca: AC Kantor dingin beud
Dari hati yang gusar
Nida.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kuhentikan Hujan

Hati yang Hampa

Resensi Buku: Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai