Dunia Orang Dewasa

Tidak terasa, usia sudah mau kepala tiga.

Sudah beberapa tahun aku menyelami dunia dewasa ini. Sebuah belantara yang tak kukenal sebelumnya.

Menjadi seorang ibu, adalah bagian terbaik  dari sebuah kedewasaan. Makhluk mungil lucu yang menyayangi kita tanpa batas adalah sebuah keajaiban yang sangat patut disyukuri. Menjadi ibu merubah seluruh jati diri ini, membuatku bertumbuh, berkembang, menjadi pribadi yang semakin utuh. Aih...

Menjadi istri, adalah impian yang ternyata sebuah ujian sekaligus perjalanan. Tak kusangka, beginilah aku ketika menjadi istri. Pikirku, aku adalah tipe istri yang berbakti saat gadis dulu. Hah, ternyata tidak Ferguso. Perempuan tetaplah perempuan. Rupanya istri yang cukup menyebalkan juga diriku ini, sampai-sampai kuberpikir, jikalau aku harus membangun rumah tangga lagi, sepertinya engga deh. Karena aku tau, siapa aku saat menjadi istri. Aku merasa tidak mau mengulang segala salah yang pernah aku lakukan.

Tapi, lagi-lagi istri adalah sebuah perjalanan. Dalam cacat proses baktiku, aku masih sedang berjalan, dan syukurnya, tidak sendirian. Bersama seorang lelaki baik nan sabar. Wkwk, kayak yang indah yah, yah, memang sebetulnya Indah, hanya aku saja yang syelalu mengingat segala salah dan khilafku. 

Bekerja, mengabdikan diri untuk sebuah institusi Islam yang orang-orang anggap mulia. Menjadi bagian dari keluarga baik yang memiliki amanah tak ringan. Seringkali membuatku mengeluh tak tertahan. Entahlah, aku yang saat ini tengah menjadi syaitan, atau memang mentalku yang sedang berantakan. Bekerja itu menyenangkan. Konfliknya menyebalkan. Sungguh.

Bayang-bayang. Aku tak terbayang bahwa masa lalu ternyata akan datang. Sepertinya doaku waktu itu tak dikabulkan. Dulu aku berdoa... Ya Allah, jika jodohku bukan dia, jangan pernah pertemukan aku lagi dengannya, karena ku tahu, pasti berat rasa hatiku. EH. ketemu, bukan hanya ketemu, bahkan cerita masa lalu menjadi bayang-bayang yg terus mengikutiku. Salah atau benar, berita sudah terlanjur tersiar. 

Dasar aku manusia tidak ikhlas. Aku masih memikirkan penilaian orang. Ada rasa cemas dan sedih jika melihat bayang-bayang. Tapi, mungkin ini dunia dewasa. Kita tidak hanya sedang merajut masa depan, tapi juga dibuntuti bayang-bayang. 

Memang dunia dewasa tidak mudah

Tapi itulah hidup. Kesulitan bagian dari perjalanan

Emosional, tentu saja emosional. Tapi, yah, memangnya mau apa?


Ahad,

Pagi, cerah cerah mendung

Nida

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kuhentikan Hujan

Hati yang Hampa

Resensi Buku: Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai