Halus Hatinya

 Jadi begini. Betapa lucunya. 

Masa ada orang berpikir bahwa hanya dia yang menangis yang halus hatinya. Duh, dangkalnya.

Ketika seseorang tak menangis, tak bergeming, tegar, tersenyum, bertahan, dan tetap profesional, tanpa derai drama dan kesedihan yang diungkapkan, keahuilah, ia sedang memeluk dirinya sendiri.

Ia juga punya hati yang ia jaga, ia juga halus hatinya, ia juga tak pantas menerima semua perkataan dan sikap kasar yang dikeluarkan, meskipun ia tidak menangis dan terus bekerja.

Memang, sejak kapan halus hati seseorang diukur dari air mata yang dikeluarkan?  sejak kapan lembut hati seseorang diukur dari kesedihan yang diungkapkan? Mana riwayat sejarah, dasar teori, dan siapa tokoh cendikiawan atau ulama yang mengatakan hal tersebut? 

Kemanusiaan.

Sesungguhnya hanya butuh sebuah kemanusiaan untuk kita bisa mengerti. Bahwa setiap manusia adalah makhluk berakal dan ber-hati. Ia punya pikiran dan juga perasaan. Seperti kata pepatah, dalamnya lautan bisa diukur, dalamnya hati manusia, tidak ada yang tahu.

Ya Allah, lembutkan hatiku dalam memandang kedangkalan kedangkalan ini. Dahulu pun aku bodoh dan jahiliah.

Kita tarik nafas sajalah yah. 

Belum lagi itu, lagu jiwa yang bersedih, yah memang enak sih nadanya, suaranya? jelas lah, bagusan suara penyanyi-nya daripada saya, wkwk

But, somehow, i dont feel right about that kind of song. Kalau ada jiwa sedih yaudah sih, ga usah dibuatin lagu, ini lagi jaman depresi apa gimana sih. Ya saya juga sedih ya denger lagunya, tapi yang sedih ini jadi tambah sedih. Sudahlah. 

Kesedihan terbaik itu, kesedihan terdalam itu, bagiku, adalah saat tak ada lagi lagu atau puisi yang bisa mewakilinya. Hanya hening dan gelap saja. Tak ada nada yang pantas untuk mewakili kesedihan manusia. Biarlah kesedihan mengalir, sebagaimana air mata jatuh, kemudian ia mengering dan tak nampak tanda tanda kesedihan lagi di wajahnya

Biarlah kesedihan melewatimu, sebagaimana angin yang berdesir mengusap wajahmu.

Tak perlulah diabadikan dalam sebuah lagu.

Sebagai ahli bersedih, saya yang tulisannya suka yang sedih sedih, ga mau tuh diwakilkan sampai sesedih itu, wkwkwk

But, siapalah aku. Hak manusia, mau berekspresi seperti apa, tapi hak aku juga untuk menolak beberapa ekspresi kan...


Bosan membuat SK

Purwakarta,

Nida

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kuhentikan Hujan

Hati yang Hampa

Resensi Buku: Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai