Terima Kasih

Aku, adalah orang yang sibuk di dalamnya. 

Aku ingat betul kesalahan-kesalahanku. Dalam sunyi kusesali dengan istigfar yang yah, sampai anakku bertanya, umi kenapa istigfar terus? Banyak dosa uminya, jawabku singkat, padat, dan pilu.

Dalam banyak situasi, aku khilaf kata dan sikap. Pada banyak pertemuan, tak terasa kalimat yang membuat canggung terlontarkan. 

Aih... malam ini aku baru selesai menyelesaikan tugas administrasi seorang Kepala.

Dipikir-pikir, aku sudah berusaha.  Terima kasih wahai diri, untuk semuanya.

Kamu sudah berusaha menjadi ibu yang baik, perhatian, mengamalkan ilmu yang kamu tau, disiplin, dan jadilah anak-anakmu yang juga disayang orang-orang

Kamu sudah berusaha me-manage rumah-kerjaan-juga pendidikan anak-anakmu hingga tetap mampu disiplin waktu pada kedua anakmu. Kamu mampu menidurkan mereka setiap hari sebelum jam 9 malam, kamu mampu sarapan, makan siang, dan makan malam bersama anak-anakmu di jam yang sama setiap harinya, kamu mampu memandikan mereka di jam yang sama, mendandani mereka dengan rapih dan wangi, membuat mereka merasa aman dan teratur dalam menjalani kehidupan, kamu mampu bermain bersama mereka, tertawa dan menikmati waktu bermain bersama anak-anakmu, dan kamu tau? kamu mampu berbuat baik pada kekasihmu, menghibur hatinya saat lara, berdiskusi panjang tentang dunia, sedikit berghibah dan mencoba menganalisa dengan pengetahuan kalian yang sempit dan sedikit, kamu mampu membangun rumah tangga, yang mana, itu pekerjaan orang dewasa. Selama ini, ternyata kamu mampu.

Kamu sudah berusaha untuk amanah yang kamu pegang, kamu tidak lari meski ingin mengakhiri. Kamu tidak melempar meski kamu kadang terkapar, kamu berusaha, meski kamu terengah-engah di dalamnya. Kamu diam, meski ingin sekali kamu meyalahkan.

Kamu memang pernah menjadi T-rex, iya, betul. Anakmu menangis tersedu sedu saat itu, suamimu terduduk layu, tapi terima kasih. Kamu kembali sadar dan segera memperbaiki semuanya. 

Kamu pernah menjadi Najwa Shihab, iya betul, mencecar kesalahan dengan kepandaianmu, membuat seseorang tidak nyaman, terpaksa mengakui kesalahan, dasar kamu, tapi terima kasih, kamu mampu memperbaiki hubunganmu kembali.

Kamu pernah menjadi Marshanda saat kisah sedih di hari minggu, kerjamu menangis saja, tapi terima kasih, kamu tetap bangun dan menjalani semuanya di esok hari, seolah semalam, tak ada air mata yang kamu teteskan. 

Lepas dari itu semua, tidak papalah kamu salah. Mau dimaafkan atau tidak, dilupakan atau diungkit, dibahas dan dijadikan contoh atau disembunyikan, yasudahlah. Memang, kamu mau apa? 

Terima kasih, kamu layak mendengar itu, terutama, dari dirimu sendiri.

Sunyi sekali.

Selamat malam semua.

Nida.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kuhentikan Hujan

Hati yang Hampa

Resensi Buku: Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai