Misteri.
Terkait kisah retaknya persahabatan kami, memang sahabat bukan sembarang sahabat si itu. Di hari air mata mengalir, disitu aku tak tau harus berdoa apa selepas sholat, kerjaku hanya menangis saja, dengan mukena dan sajadah yang terhampar. Singkat cerita, berlalu lah sebulan kemudian. Saat hati telah mantap, yasudah, mungkin memang ada yang harus pergi, ada yang tinggal di hati. Aku sudah tidak naif lagi. Juga, terasa olehku, Allah hibur aku dengan datangnya yang lain, yang klik, saling menolong, dan yah, semacam pengganti mungkin (?) Hatiku telah belajar. bahwa bertepuk sebelah tangan itu, seharusnya dilepaskan. Lalu ia datang kembali, bercerita bahwa setelah kejadian itu, aku hadir di mimpinya 2 Minggu berturut turut tanpa jeda, membuatnya merasa bersalah tak karuan, hingga ketika hari dimana aku tak lagi muncul di mimpinya, ia sedikit merasa lega. Maka terujarlah maaf, dan sebuah genggaman tangan yang erat. Kami kembali bercerita, bersenda gurau seperti biasa... Tapi, aku kosong. Tak...