Ternyata

Ternyata, aku sayang banget sama anakku 

Aku kaget, ko ada ya perasaan sebesar ini.

Tadi pagi aku mengajar, dua anakku masuk kelas, yang besar aku suruh keluar, dia tanya sederhana, kenapa harus keluar? matanya berbinar 

Hatiku patah, kenapa aku harus mengusirnya, betapa teganya aku

Sedetik kemudian, ku dudukkan ia di kursi guru, biarlah, aku sayang anakku, tak tega aku membuatnya merasa tersingkir meski sedikit.

Di waktu lain, anakku sakit, berkali kali sakit. Tak apa, aku tahu akan sembuh, sampai suatu ketika, jalan raya kecil ini terasa begitu panjang. Aku menangis juga. Terbayang sakit yang ia rasakan, lagi lagi, patah hatiku.

Di waktu lain, anakku mengeluh pelan tentang hatinya yang patah, terdiam aku dibuatnya, sedetik kemudian, jadilah aku badut, atm, dan motor yang membawanya kemana ia mau, lagi, di dalam sini patah hatiku.

Di waktu lain, anakku menyentuh benda panas, aku berteriak, memeluk dan memegang erat tangannya yang panas, berharap panasnya, pindah kepadaku, dan hilang rasa sakit di tangannya.

Aih, jadi ini yang namanya cinta.

Memang paling indah jadi mamah mamah, banyak makna yang kita dapat, dari makhluk kecil tak bisa diam yang menggemaskan.

Hatiku patah patah dan patah, dan entah, akan berapa kali patah, karena mu, karena kalian anak anakku, bukan, bukan karena nakal, tapi karena aku, tak mau kalian patah sepertiku.

tumbuh besar dan kuatlah anakku

patahmu, adalah patahku

patahku, biarlah untukku.

Allahku Maha Baik, mampukan aku untuk menjadi ibu yang baik, bagi hambaMu, yang Engkau berikan untukku. Lindungi mereka dari segala keburukan orang tuanya, dan segala keburukan fitnah zamannya.

Nak, jika suatu ketika kau baca tulisan umi

Umi, cinta sama kamu nak.


Malam penuh

hati penuh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kuhentikan Hujan

Hati yang Hampa

Resensi Buku: Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai