Kesuksesan Kaum Hawa



Bismillahirrohmanirrohim

Apa pendapatmu tentang kaum hawa?

Banyak yang bicara tentang emansipasi, meninggikan derajat wanita, yang katanya, ada di peringkat dua, setelah kaum pria.

Para wanita bekerja, muncul di layar kaca, berbuat banyak untuk kemanusiaan.
Sebagian mereka adalah wanita sukses di kantornya, pejabat negara, ilmuan, peneliti, sastrawan, dan tokoh masyarakat.

Mereka bekerja keras, hingga akhirnya dunia melirik mereka.

Terbukti, sederet buku sastra cemerlang ditulis oleh wanita, setumpuk biografi tokoh wanita terpampang di warung-warung buku, dan berbagai pakar wanita bermunculan di media massa.

Apakah mereka sukses? Bagaimana menurutmu?
Peran wanita sebagai ibu tak perlulah kita bahas, itu adalah sebuah keniscayaan. Mereka yang nampak mulia sebagau pejabat, ilmuan, dan lain sebagainya, juga seorang ibu untuk anak-anak mereka. Soal bagaimana cara mereka mendidik dan membesarkan anak masing-masing, itu pilihan.

Dan setiap pilihan, selalu mengandung konsekuensi.

Kembali soal kesuksesan kaum hawa, bagaimana menurutmu, apakah setelah mereka yang berhasil merebut perhatian masyarakat bisa disebut sukses? Bisa, sukses itu relatif.

Tapi, namanya juga blog, tempat sang pemilik menumpahkan segala sudut pandang dan pemahamannya, bagi saya, sukses kaum hawa bukanlah itu semua.

Para wanita hebat itu, ibu yang berhasil mempersembahkan mujahid/ah, para ahli pakar wanita, pejabat dan politikus wanita, pengusaha wanita, penulis wanita, dan semua wanita yang sukses dibidangnya, telah sukses dalam satu hal. Maka status mereka sebagai tokoh masyarakat, ilmuan, ibu sukses, dan apapun itu, adalah efek samping.

Efek samping dari kesuksesan mereka dalam satu hal ini.
Apa itu?
Taat beragama? Taat orangtua? Selalu bangun Pagi?
Ternyata bukan sodara-sodaraaa...
Mereka sukses dalam : Mengontrol Perasaan.

Karenanya, mereka terus bergerak maju dalam bidang masing masing. Karenanya mereka bertahan daam badai masing-masing. Karenanya mereka mampu keluar dari gejolak batin masing-masing.

Mereka jatuh dan berdiri lagi
Mereka hancur dan mengobati diri
Mereka kecewa dan tak mengundurkan diri
Mereka mundur, dan maju, maju, maju lagi.
Mereka berhasil mengendalikan sebuah zat, bernama perasaan.

Saya juga seorang wanita, terlahir sebagai wanita, besar seperti wanita, dan punya selera seorang wanita. Jadi, saya sangat haqqul yakin tentang pengetahuan saya tentang makhluk berstatus wanita.

Saya tahu, dan kalian juga akui sajalah, bahwa wanita sangat dipenuhi oleh gejolak perasaan. Hampir setiap pertimbangan dan keputusannya, terkontaminasi unsur perasaan. Mungkin kami tetap memasak, tetap kuliah, tetap bercanda bersama teman seperti tidak ada beban. Tapi, saya akui, sesungguhnya masalah itu akan selalu terpikir, dan terasa, hampir setiap detik.

Maka tidak terkurung, tidak terkungkung, dan tidak bersandar pada perasaan bagi seorang wanita, adalah sebuah ke-mustahil-an.
Bukan, bukan berarti seorang wanita tidak punya logika dan pikiran, punya, hanya logika itu juga masih sering diatur oleh perasaan.

Mangkanya...

Wanita yang berhasil mengontrol perasaannya, adalah wanita yang mampu memilah, mana yang harus di rasa, mana yang dibiarkan saja. Adalah wanita yang mempu mengendalikan beban beban pikiran yang membayang, yang terus berjalan, seperti apapun perasaan yang tergenggam.
Dan untuk sukses dalam mengontrol perasaan, butuh logika dan ilmu yang mapan. 

Jadi wahai kaum hawa, mari... sebelum kita kelelahan mengejar cita-cita yang tinggi menjulang,  
Bekerja keraslah mengendalikan gejolak perasaan. Maka cita-cita itu akan datang mengejar.  
Stop being lebay.

Tidak usah mengelak, kita kaum hawa, kalau sudah terbawa perasaan, lisan bisa sangat tidak terjaga, bicara dulu baru berpikir. Kalau saya ditanya bagaimana caranya mengontrol perasaan, saran saya:
1. Berusahalah mengontrol lisan.   
2. Pandaikanlah diri
3. Stop overthinking

Semoga Allah memberi kita kekuatan dan kemampuan, untuk mengerjakan setiap jumput ilmu yang sampai pada kita, melakukan kebaikan, tanpa henti, tanpa atas nama harga diri.

Wallahu a'lam

Work hard, Pray harder.

Depok, 27-02-2017
Pukul 20.23 WIB
Langit tanpa bintang
Nida.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kuhentikan Hujan

Hati yang Hampa

Resensi Buku: Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai