Postingan

Terapi

 Wow. Aku membaca sebuah buku, judulnya: the book you wish your parent had read. Iya, judulnya sepanjang itu, dan isinya juga bikin kepikiran panjang banget. Katanya, reaksimu ke anak kamu, sebenarnya bukan gara gara anak kamu yang salah, tapi emosi itu adalah emosi kamu waktu kecil yang kamu pendam begitu dalam dan kamu lemparkan ke anak kamu saat kalian berada di situasi yang kurang lebih sama. Yah sederhananya, aku marah karena anak ga nurut, anak kecil ya, masih 4 tahun, sebenernya marahku itu bukan ke anak ku, tp itu marahku waktu kecil yg ga bisa dikeluarin karena aku terpaksa harus nurut. Semakin aku baca, semakin aku sadar, sepertinya aku adalah anak kecil yang tumbuh dengan dipenuhi rasa takut  Memang pengasuhan jaman dulu kan dipenuhi ancaman ya  Setiap orang pasti punya inner child issues nya masing masing yah. okeh, okeh, okeh! Aku berubah. Buku itu bilang, kalau kamu merasa mau meledak ke anak kamu, atau kamu mau berbuat sesuatu negatif ke anak kamu, cb kamu ...

Ternyata

Ternyata, aku sayang banget sama anakku  Aku kaget, ko ada ya perasaan sebesar ini. Tadi pagi aku mengajar, dua anakku masuk kelas, yang besar aku suruh keluar, dia tanya sederhana, kenapa harus keluar? matanya berbinar  Hatiku patah, kenapa aku harus mengusirnya, betapa teganya aku Sedetik kemudian, ku dudukkan ia di kursi guru, biarlah, aku sayang anakku, tak tega aku membuatnya merasa tersingkir meski sedikit. Di waktu lain, anakku sakit, berkali kali sakit. Tak apa, aku tahu akan sembuh, sampai suatu ketika, jalan raya kecil ini terasa begitu panjang. Aku menangis juga. Terbayang sakit yang ia rasakan, lagi lagi, patah hatiku. Di waktu lain, anakku mengeluh pelan tentang hatinya yang patah, terdiam aku dibuatnya, sedetik kemudian, jadilah aku badut, atm, dan motor yang membawanya kemana ia mau, lagi, di dalam sini patah hatiku. Di waktu lain, anakku menyentuh benda panas, aku berteriak, memeluk dan memegang erat tangannya yang panas, berharap panasnya, pindah kepadaku, dan...

Hari ini

Hidup adalah menjalani hari ini.  Itu saja, sederhana. Kau gagal atau berhasil, bermasalah atau lempeng saja, kau, sudah hidup hari ini. Hidup hari ini, menjadi begitu menarik. 4 jam bersama telepon pintar, menipiskan kesabaranku, membesarkan ekspektasi ku, membuat hati, terasa berisik. Tapi, aku sudah hidup hari ini Anakku, suamiku, duniaku, berjalan hidup hari ini. Hari ini, ingat saja hari ini. Aku harus terus mengingatnya. Hari ini, hidupi hari ini. Berat, tak apa, aku sudah hidup. Aku senang jadi mamah mamah Aku senang punya pasangan  Aku menikmati ini, syukurku atas semua yang baik, dan semoga aku bisa sabar, untuk semua yang membuat sakit. Dulu dulu, sesak rasanya belum bisa dewasa. Sedih saat sulit memberi maaf, dan marah saat salah mengambil sikap. Sekarang, aku hidup hari ini. terus kenapa, anakku sudah meninggalkan masa bayi nya, dan aku, sedih karena nya. Aku ingin waktu berjalan lebih lambat, tak apalah tak dewasa bbrp kali, tak apalah belum bisa lupa sama sekali ...

Terima Kasih

Aku, adalah orang yang sibuk di dalamnya.  Aku ingat betul kesalahan-kesalahanku. Dalam sunyi kusesali dengan istigfar yang yah, sampai anakku bertanya, umi kenapa istigfar terus? Banyak dosa uminya, jawabku singkat, padat, dan pilu. Dalam banyak situasi, aku khilaf kata dan sikap. Pada banyak pertemuan, tak terasa kalimat yang membuat canggung terlontarkan.  Aih... malam ini aku baru selesai menyelesaikan tugas administrasi seorang Kepala. Dipikir-pikir, aku sudah berusaha.  Terima kasih wahai diri, untuk semuanya. Kamu sudah berusaha menjadi ibu yang baik, perhatian, mengamalkan ilmu yang kamu tau, disiplin, dan jadilah anak-anakmu yang juga disayang orang-orang Kamu sudah berusaha me-manage rumah-kerjaan-juga pendidikan anak-anakmu hingga tetap mampu disiplin waktu pada kedua anakmu. Kamu mampu menidurkan mereka setiap hari sebelum jam 9 malam, kamu mampu sarapan, makan siang, dan makan malam bersama anak-anakmu di jam yang sama setiap harinya, kamu mampu memandikan me...

Mereka yang Selesai

 Di dunia ini, berapa banyak orang yang selesai dengan dirinya sendiri? Ah, aku rasa para nabi adalah contoh terbaik dari penerimaan takdir dengan tulus hati. Betapa berat menjadi nabi Yaqub as, yang kehilangan anak kesayangan dan lebih menyakitkan lagi, anak-anaknya yang lain lah yang juga membuang anak kesayangannya. Ia tahu, dari awal beliau sudah tahu hanya dengan melihat  mata anak-anaknya, tapi ia berpura-pura tidak tahu, menahan sabar bertahun-tahun, setiap detik ia berharap, bahwa Yusuf, baik baik saja... sebagai orang tua, bagaimana rasanya? Aku telah menjadi ibu, kubayangkan rasa sakit nabi Yaqub as, aih, perih hati ini, dan tak terasa, air mataku mengalir, ingin tersedu sedan, semakin dibayangkan semakin menyesakkan.  Belum lagi, terkadang aku marah dan kesal dengan masalah yang timbul tenggelam, tapi dalam lamunan, berkelabat kisah nabi Nuh as, ia tak di dengar, bahkan oleh keluarganya sendiri, selama berpuluh-puluh tahun, lah, ceritaku? tak ada seujung kukuny...

...

Manusia sibuk menyangka nyangka, aku juga manusia. Lalu kubilang, berhenti.  Maka berhentilah segala kelebatan.  Kubuka laptop, kutinggalkan 2 malaikat kecilku yang pulas tertidur.  Mungkin aku masih fasik, karena kuputar musik agar sedikit berisik.  Setidaknya, pikiranku tidak berisik.  Mulailah aku asal menulis saja. Berharap ketenangan akan datang.   Aku ditakuti beberapa orang, bisa baca pikiran, kata mereka. Hatiku tertawa mendengarnya, ingin terbahak, tapi adab harus lebih dulu daripada ilmu.   Manalah mungkin aku bisa membaca pikiran orang,  aku tidak sakti, hanya sedikit lebih peka tentang ekspresi. Lagipula,  aku punya banyak  hal yang harus dipikirkan, kenapa pula harus kupikirkan setiap raut, gestur, dan ekspresi wajah orang orang.  Aih.... Terus lagi, dasar mulut orang, paling senang menambah-nambahkan cerita yang dianggap kurang,  jadilah aku tertumbal. Jadilah aku yang tidak  disenangi orang  k...

A Mother

Punya anak lagi, yeay!!! Yup, menjadi ibu dari 2 anak memberikan tantangan, kelucuan, dan kesegaran baru di rumah. Aih, indahnya. Aku tidak bilang aku tidak lelah, hanya semangatku untuk merawat dan membesarkan mereka lebih besar dari lelahku. Memang, menjadi orang tua adalah pekerjaan orang dewasa. Kita belajar banyak sekali tentang kehidupan, ego, mengelola cita cita dan impian. Bagiku, ini indah. Ibu, adalah status tinggi  Sosok tak mau kalah yang lucu dan menggemaskan Sosok berani dan pekerja keras yang tak bisa dibandingkan Dan menjadi seorang ibu, adalah sebuah kebanggaan. Bagiku, merawat belahan jiwaku adalah impian yang jadi kenyataan. Di dunia ini, ada makhluk kecil yang membutuhkan kita, hanya kita, adalah sebuah perasaan yang istimewa. Setidaknya kita akan selalu istimewa di hati anak anak kita. Sebagaimana mereka sangat istimewa bagi kita ❤️ Mendung mesra Purwakarta.